Dari awal memang ada yang salah, mengira semua itu hanya sesaat. Sampai pada suatu titik, kesalahan itu membuatku tersadar. Aku menyembunyikan sesuatu, hal yang tak pernah aku ceritakan kepada siapapun, bahkan orang terdekat sekalipun.
Aku sama seperti manusia lain, yang hanya berpikiran sempit, tidak peduli dengan segala konsekuensi. Toh, yang tau hanya aku. Bagi orang yang sedang jatuh cinta namun tak mengenal luka itu sangat mudah. Namun, untuk orang yang sedang jatuh cinta namun sudah mengenal apa itu luka itu bukan perkara yang mudah. Takut luka itu akan kembali untuk kedua kali.
Katakanlah seorang pengecut yang tak mau mengakui perasaannya sendiri. Padahal dirinya sendiri tak rela jika orang yang dicinta dekat atau sudah menjalin hubungan yang bukan dengan dirinya. Entah itu ada sesuatu yang membuatnya takut untuk melakukannya.
Ini sangat menjengkelkan, ketika seseorang harus menyimpan perasaan begitu lama yang tak tau akan tumbuh kemana lagi. Hari-hari tak pernah luput kuucapkan namanya walaupun berbisik dalam hati sekalipun, sambil tersenyum setelahnya.
Rasa cinta yang ku punya sangat rumit, tak kunjung temu ujungnya dimana. Berpikir akan mengakhiri, tetapi bagian pikiran yang lain berkata untuk tak melakukannya. Rupanya memendam memang sangat menyiksa. Tak apa, jika kamu termasuk orang yang seperti itu pertanda kamu orang yang kokoh hatinya.
Hal yang membuat rasa itu tetap ada yaitu kerinduan yang amat dalam, merindukan bagaimana aktivitas sehari-harinya, apa hobinya, semuanya aku ingin tau. Tetapi aktivitas itu kusingkirkan, melihat betapa rapuhnya hati ini. Menerawang jauh ke depan sana, aku tak akan pernah berjalan beriringan di jalan setapak sambil bergandengan tangan. Ekspektasi membuat senyum dan pikiranku semakin liar.

Komentar
Posting Komentar