Langsung ke konten utama

Raga Berbicara



Kita lupa bahwa kita hanya manusia biasa yang punya lelah, yang punya istirahat yang harus dipergunakan. Tapi, ketika sudah tak menghiraukan itu semua, kita menjadi tak berdaya. terbaring lemas, di kamar sendiri, tanpa tahu jika dirimu sedang sakit. Kita tahu, masih banyak yang dikejar. Tetapi, bukankah itu juga harus dilakukan untuk raga sendiri?. Semua akan ada pada waktunya, nikmati dan jangan terlalu buru-buru. Sesuatu yang dikerjakan dengan buru-buru tidak akan berbuah maksimal. Pernahkah dirimu melihat jembatan bisa dibangun dalam satu hari?. Tidak pernah kan. Oleh karenanya dirimu harus lebih awas terhadap raga yang sedang didiami jiwa yang sudah ringkih itu. Tuhan menitipkannya padamu agar lebih bisa menjaganya dengan baik, karena seperti yang kita tahu kalau semuanya akan kembali pada sang pencipta. Tidak apa jika langkahmu tidak seirama dengan orang lain, tidak apa untuk berjalan lebih pelan. Sebab yang dikejar setiap manusia di bumi ini tidak pernah sama, pun ditempuh dengan kecepatan berbeda. 

Jangan pernah membuat ragamu terkapar lemas, kalau keinginanmu masih banyak. Hidup kita tidak melulu tentang mengejar sesuatu, ada kalanya kamu harus memberi jeda untuk memikirkan langkah selanjutnya akan seperti apa. Bukan apa-apa karena siput pun berjalan pelan sembari membawa rumah mereka. Dirimu pun juga sama, kamu membawa rumah yang ada di pundakmu. Melihat ke depan memang harus, tapi juga harus ingat kalau rumahmu terkadang bisa rapuh karena ulah dirimu sendiri. Pelan-pelan ya, nanti akan sampai di tujuan yang kamu mau. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Patah

Kini semesta benar-benar ingin membuatku berhenti untuk tak lagi menuliskanmu pada lembar baru, meskipun dengan tinta pudar sekalipun. Sedikit sulit bagiku, karena sudah lama namamu mendiami hati yang sulit dijangkau oleh siapapun. Bahkan diriku sendiri. Sudah banyak cara kucoba untuk sedikit menghilangkan namamu disana, tetapi tak ada yang berubah. Seakan namamu memang sudah sepatutnya disana dan tidak akan pergi kemanapun. Beberapa orang mengataiku bodoh bahkan terlampau gila karena mencintai orang sepertimu yang sudah membuat luka sebegitu dalamnya.  Mereka memintaku untuk melupakan sekaligus menghilangkan bayang dirimu dari segala memori dan kenangan yang ada di otak, tapi mereka tidak memberitahu bagaimana usaha untuk melakukan itu semua. Mereka hanya menyuruh namun tidak memberi cara padaku. Lantas, aku harus apa? menunggu? bukankah itu sudah kulakukan selama enam tahun itu. Ah, enam tahun, rasanya baru kemarin tetapi waktu sudah berjalan cepat seakan tidak memberi sekat bagi...

Pudar

       Sudah tahun ke-7, ternyata perasaan ini masih sama. Masih sama seperti beberapa tahun lalu, meskipun ada sedikit perbedaan. Perbedaan yang sama sekali tidak membuat perasaan ini hilang atau sirna begitu saja. Ketika semuanya tidak pernah jelas sedari awal sehingga perasaan ini tumbuh secara tidak aku sadari. Perasaan yang sebenarnya tidak meminta sebuah pertanggungjawaban, namun hanya meminta untuk diakui pun dihargai. Sedikit gila ketika perasaan ini memintanya untuk kembali namun otak menolak keras karena orang yang harusnya menerima perasaan ini tidaklah sepadan. Sepadan dengan ketulusan yang aku punya. Sedih memang, tetapi memang ini jalannya. Jalan yang tidak pernah bagus untuk dilewati namun aku memilih untuk tetap berjalan di atasnya, sebab hanya itu yang bisa aku lakukan selama bertahun-tahun.       Sudah banyak hal yang aku lakukan untuk sekedar memudarkan perasaan ini ataupun sedikit mengunci rapat agar tidak meraung-raung dari da...

Seandainya

Ketika malam menyambut dan aku kembali merenung, disitulah jiwa kembali ke tempat yang seharusnya tidak pernah aku genggam selama ini. Perasaan bagaimana aku melewati itu semua masih sangat terasa bahkan ingin rasanya memutar kembali waktu. Bukan untuk mengubah segalanya, melainkan melihat dari kejauhan bagaimana melihat diriku sendiri kala itu. Tapi, aku tahu kalau memutar balik waktu hanya bisa dalam imajinasi saja, tidak ada aksi yang bisa merealisasikan itu semua. Kalaupun ada, manusia tidak akan pernah bisa maju bukan?. Ketika dunia memiliki kapsul waktu untuk tujuan apapun itu, aku rasa Tuhan tidak akan membiarkannya. Karena, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi makhluknya dan juga tahu bagaimana kita sebagai manusia harus menjalani apa yang ada di depan mata. Menjadikan yang lalu sebagai pelajaran, dan menjadikan masa depan sebagai arang untuk memacu semangat di hari sekarang.  Tetapi, kalau boleh aku berdoa, ingin rasanya melihat diri ini beberapa tahun yang lalu. Agar aku bisa...