Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Lelah

              Diri ini hanya butuh untuk didengarkan, diri ini tidak butuh sebauh sumpah serapah yang keluar dari mulut orang lain. Diri ini juga tidak bisa menerima sebuah kalimat penghakiman, karena masalah dari dalam diri ini terlalu sepele bagimu. Mudah bagimu untuk berkata seperti itu, tapi sulit bagi diri ini untuk tidak menelannya mentah-mentah dan menghinggapi ruang paling dalam di hatinya. Mengusik kembali api yang ada di hidupnya. Bukannya lebih mudah untuk memberi diri ini waktu, dan dirimu hanya cukup menutup mulut.               Kalau suatu hari nanti diri ini yang sesungguhnya benar-benar menghilang, dirimu yang patut disalahkan. Karena dengan dirimu membuka mulut, semua api dalam diri ini semakin besar hingga jiwa pun tak mampu memadamkannya lagi. Diri ini bisa saja untuk berterus terang, tetapi terlalu melelahkan untuk melakukan itu semua dan melelahkan juga menerima kalimat itu bulat-bu...

Selalu Ada

                Sepertinya kalimat "selalu ada" adalah dua kata yang kadang susah untuk direalisasikan. Selalu ada yang katanya akan meringankan beban, selalu ada yang katanya akan selalu ada teman yang menemani. Padahal, hal itu seperti dongeng zaman dahulu. Seseorang mampu mengucapkannya namun terkadang tak pernah berniat untuk menepatinya, karena kalimat tersebut respon paling lumrah yang ada di sekitar. Sepertinya makna "selalu ada" berubah dari waktu ke waktu. Entah itu selalu ada untuk menghakimi, ataupun selalu ada untuk menyakiti. Tetapi, setiap orang memaknainya berbeda, Namun kebanyakan kalimat itu hanya sebagai obat penenag tidak langsung yang diucapkan seseorang kepada orang lain ketika sedang mendapati masalah.                  Orang lain itu pernah berharap dengan kalimat "selalu ada" hingga akhirnya merasa terkhianati karena terlalu merasa percaya dengan kekuatan kalimat it...

I am not fine

              Kehidupan yang fana ini membuat jiwa sering kali selalu beradu satu sama lain tanpa mengenal waktu. Jiwa yang rapuh karena keadaan dan juga pikiran, pun dengan raga yang selalu menyalahkan. Kini jiwa hanya bisa mengeluarkan kegilaannya lewat raga. Raga hanya bisa menerima semua itu tanpa paksaan, karena ia juga paham kalau ia dan jiwa sama-sama lelah dengan semuanya. Entah lelah dengan diri sendiri, teman, pun keluarga. Setiap api yang membakar jiwa muncul sebuah perilaku raga yang tidak seharusnya dilakukan. Jiwa mengasihani raga, raga pun mengasihaninya. Mereka hanya punya satu sama lain dan menyalahkan satu sama lain. Ketika kesatuan itu sudah menggila, waktu tetap berjalan mengawasi keduanya dengan berdiam diri. Tidak tahu kapan ada uluran tangan yang akan membantu, dan kapan raga akan berhenti berperilaku tidak normal.              Jiwa butuh waktu katanya, raga pun menuruti. Raga ingin be...