Langsung ke konten utama

Selalu Ada

 


            Sepertinya kalimat "selalu ada" adalah dua kata yang kadang susah untuk direalisasikan. Selalu ada yang katanya akan meringankan beban, selalu ada yang katanya akan selalu ada teman yang menemani. Padahal, hal itu seperti dongeng zaman dahulu. Seseorang mampu mengucapkannya namun terkadang tak pernah berniat untuk menepatinya, karena kalimat tersebut respon paling lumrah yang ada di sekitar. Sepertinya makna "selalu ada" berubah dari waktu ke waktu. Entah itu selalu ada untuk menghakimi, ataupun selalu ada untuk menyakiti. Tetapi, setiap orang memaknainya berbeda, Namun kebanyakan kalimat itu hanya sebagai obat penenag tidak langsung yang diucapkan seseorang kepada orang lain ketika sedang mendapati masalah. 
             Orang lain itu pernah berharap dengan kalimat "selalu ada" hingga akhirnya merasa terkhianati karena terlalu merasa percaya dengan kekuatan kalimat itu. Menganggap enteng kalau seseorang itu akan muncul ketika badai datang menghampiri. Tetapi, kalau diingat-ingat setiap orang punya waktu masing-masing yang tidak akan selalu ada untuk orang lain. Sulit memang untuk percaya kalimat itu benar terealisasikan adanya, tetapi jika matanya memang tulus mengatakan artinya mungkin ia akan berusaha untuk menepatinya. 
              Wajar untuk takut dengan kalimat tersebut, entah dari pengalaman pribadi sendiri maupun dari cerita orang lain. Semesta punya cara untuk membuat kalimat itu ada, dan bisa terjadi di hidupmu. Cara itu adalah percaya kepada rencana yang semesta, karena sejatinya semesta memang "selalu ada" untuk mendengar kata hati semua orang. Seseorang hanya perlu menunggu waktu yang tepat ketika semesta bersiap untuk memberikan hal itu. Entah berapa lama, itu akan sepadan dengan apa yang diusahakan. Semesta "selalu ada" untuk seseorang yang sedang berada di fase terbawah, atau di fase manapun. Selalu ada untuk memberikan yang terbaik, karena manusia hanya bisa berusaha dan berdoa dengan segala sesuatu yang ingin diraih. 
            Seperti dirimu yang akan "selalu ada" dalam rapalan doa seseorang. Mengharapkan keselamatan dan kebahagiaan dirimu di masa mendatang, atau mengharapkan dirimu akan hidup bersamanya nanti. Memperbaiki apa yang telah rusak yang ada pada dirimu, dan memberikan secuil kebahagiaan yang tak akan pernah dirimu bayangkan. Membayangkan hal itu membuat dirimu tersenyum, apalagi jika semesta mengabulkan harapan sederhanamu itu. Seperti halnya kursi penumpang kereta yang tidak selalu ada penumpangnya. Karena tidak semua penumpang memiliki tujuan dan memilih media yang sama. Tetapi, karena kereta berangkat dengan jadwalnya masing-masing, maka manusia pun begitu. Semua berangkat dan ada di kereta yang sama, namun di dalam kereta setiap penumpang melakukan kegiatan yang bermacam-macam. Seperti halnya manusia yang punya jalan dan caranya sendiri-sendiri untuk meraih apa yang ia raih, dan semesta akan mengawasi itu semua. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Patah

Kini semesta benar-benar ingin membuatku berhenti untuk tak lagi menuliskanmu pada lembar baru, meskipun dengan tinta pudar sekalipun. Sedikit sulit bagiku, karena sudah lama namamu mendiami hati yang sulit dijangkau oleh siapapun. Bahkan diriku sendiri. Sudah banyak cara kucoba untuk sedikit menghilangkan namamu disana, tetapi tak ada yang berubah. Seakan namamu memang sudah sepatutnya disana dan tidak akan pergi kemanapun. Beberapa orang mengataiku bodoh bahkan terlampau gila karena mencintai orang sepertimu yang sudah membuat luka sebegitu dalamnya.  Mereka memintaku untuk melupakan sekaligus menghilangkan bayang dirimu dari segala memori dan kenangan yang ada di otak, tapi mereka tidak memberitahu bagaimana usaha untuk melakukan itu semua. Mereka hanya menyuruh namun tidak memberi cara padaku. Lantas, aku harus apa? menunggu? bukankah itu sudah kulakukan selama enam tahun itu. Ah, enam tahun, rasanya baru kemarin tetapi waktu sudah berjalan cepat seakan tidak memberi sekat bagi...

Pudar

       Sudah tahun ke-7, ternyata perasaan ini masih sama. Masih sama seperti beberapa tahun lalu, meskipun ada sedikit perbedaan. Perbedaan yang sama sekali tidak membuat perasaan ini hilang atau sirna begitu saja. Ketika semuanya tidak pernah jelas sedari awal sehingga perasaan ini tumbuh secara tidak aku sadari. Perasaan yang sebenarnya tidak meminta sebuah pertanggungjawaban, namun hanya meminta untuk diakui pun dihargai. Sedikit gila ketika perasaan ini memintanya untuk kembali namun otak menolak keras karena orang yang harusnya menerima perasaan ini tidaklah sepadan. Sepadan dengan ketulusan yang aku punya. Sedih memang, tetapi memang ini jalannya. Jalan yang tidak pernah bagus untuk dilewati namun aku memilih untuk tetap berjalan di atasnya, sebab hanya itu yang bisa aku lakukan selama bertahun-tahun.       Sudah banyak hal yang aku lakukan untuk sekedar memudarkan perasaan ini ataupun sedikit mengunci rapat agar tidak meraung-raung dari da...

Seandainya

Ketika malam menyambut dan aku kembali merenung, disitulah jiwa kembali ke tempat yang seharusnya tidak pernah aku genggam selama ini. Perasaan bagaimana aku melewati itu semua masih sangat terasa bahkan ingin rasanya memutar kembali waktu. Bukan untuk mengubah segalanya, melainkan melihat dari kejauhan bagaimana melihat diriku sendiri kala itu. Tapi, aku tahu kalau memutar balik waktu hanya bisa dalam imajinasi saja, tidak ada aksi yang bisa merealisasikan itu semua. Kalaupun ada, manusia tidak akan pernah bisa maju bukan?. Ketika dunia memiliki kapsul waktu untuk tujuan apapun itu, aku rasa Tuhan tidak akan membiarkannya. Karena, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi makhluknya dan juga tahu bagaimana kita sebagai manusia harus menjalani apa yang ada di depan mata. Menjadikan yang lalu sebagai pelajaran, dan menjadikan masa depan sebagai arang untuk memacu semangat di hari sekarang.  Tetapi, kalau boleh aku berdoa, ingin rasanya melihat diri ini beberapa tahun yang lalu. Agar aku bisa...