Diterjang dengan banyaknya problem yang ada, ternyata membuat nyali diri ini semakin ciut. Mungkin suatu saat nanti, nyali sudah terlalu lelah menghadapi semuanya. Tetapi, di dunia ini yang juga bukan milik sendiri harus berusaha mati-matian untuk tidak menjadi gila. Seseorang akan ada di jalannya masing-masing, tetapi mengapa jalan orang lebih mudah untuk dilalui? Apa diri ini kurang bersyukur? Apa diri ini kurang untuk merapalkan doa? dan Apakah diri ini sudah cukup lelah menapaki jalan panjang yang masih jauh sekali tujuan pastinya?. Mungkin diri ini terlalu melihat orang lain yang hidupnya terlalu ringan untuk dilihat. Klise memang, tetapi terkadang saya ingin menjadi seperti orang lain yang jalannya bagus untuk dilalui.
Apakah dengan menjadi orang lain menandakan diri ini memang menyerah? Apa dengan kehilangan diri sendiri membut diri ini masih menjadi normal?. Pertanyaan yang selalu muncul di kepala namun tidak pernah menemukan jawaban pasti karena sang jiwa dan raga sedang berseteru satu sama lain. Beberapa argumen yang ada di dalam hati dan otak sangat berlawanan membuat kepala terasa ingin meledak. Entah dengan tujuan apa, terkadang diri ini ingin selalu terlihat bahagia di depan orang lain. Padahal sebenarnya perasaan ini remuk, ah bukan hancur berkeping-keping. Diri ini kira kepingan itu akan menyatu kembali menjadi suatu kesatuan yang utuh, tetapi meskipun menjadi satu masih terlihat garis-garis pechan kepingan itu. Ralat, dirasakan.
Kata orang rasa sakit, luka, dan apapun namanya akan sembuh pada waktunya. Tetapi mereka tidak bisa memberikan jawaban pasti kapan waktu itu akan datang. Apa mereka berkata seperti itu hanya untuk menjadi obat sementara atau hanya sebuah harapan palsu?. Terkadang, diri ini menangis di tengah hujan agar tidak seorang pun tahu jika diri ini sedang menangis. Diri ini membiarkan air mata tersapu oleh air hujan, karena tetesan air hujan yang mengenai wajah akan memudarkan air mata yang jatuh ke pipi.

Komentar
Posting Komentar