Tadi secara tidak sengaja aku menonton sebuah video yang cukup menampar di mukaku. Perkataan sederhana, namun mampu mengubah pemikiranku saat itu juga. Yaitu, kata percaya. Percaya menurutku sangat sulit dilakukan dan ada banyak faktor yang melatarbelakangi itu semua. Namun, video yang kulihat tadi kurang lebih berkata seperti ini "Kalau kau ingin percaya pada sesuatu, seharusnya itu merupakan percaya tanpa syarat. Kalau kau percaya pada seseorang dan ada syarat di dalamnya itu berarti dirimu belum mampu untuk mempercayai seseorang. Percaya bukan tanpa syarat tapi percaya orang itu sepenuhnya." kurang lebih seperti itu perkataannya. Agak sulit tapi seharusnya memang begitu bukan?.
Tapi, dulu aku pernah mempercayai seseorang tanpa syarat juga tanpa meragukannya sedikitpun. Aku percaya pada semua kata-katanya. Aku mempercayai semua perkataan yang keluar dari mulutnya dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Tetapi, hal yang terjadi setelah itu justru diluar semua perkataan yang pernah ia janjikan. Saat itu aku hanya menyalahkan kebodohanku yang mempercayainya dengan sangat tanpa tahu kalau ia menyimpan pisau dari balik punggungnya.
Kalau ditanya disaat sekarang, mungkin aku akan mencegah diriku yang dulu untuk percaya pada lelaki yang seharusnya tak layak mendapat rasa suka yang begitu tulus dariku. Harusnya begitu. Aku menangis dengan keras di kamar mandi sekolah ketika hal itu terjadi, sedikit memalukan memang tapi dengan adanya hal itu aku didewasakan oleh keadaan. Mungkin lebih tepatnya kalau aku sudah mendeklarasikan diriku untuk tak lagi jatuh cinta ataupun untuk mempercayai seseorang lagi.
Pengalaman kemarin sudah cukup menyakitkan dan aku tidak akan merasakan hal itu untuk kedua kalinya. Untuk apa aku merasakan hal itu untuk kedua kali? Apa aku gila?. Entahlah, manusia memang bisa bodoh jika berurusan dengan cinta. Seperti cinta adalah sebuah hal yang membuat diri lupa akan kenyataan dan ingin terus berada di atas angan. Belum lagi berjuang untuk menyembuhkan luka yang sudah ia timbulkan secara sengaja.
Dalam proses itu, terlihat beberapa manusia sukses untuk menyembuhkan diri sendiri. Bahkan ada beberapa dari mereka yang belum sembuh bahkan bertambah parah. Seperti luka itu tak mau untuk diobati, dan terlalu sakit untuk sekedar dibicarakan saja. Apakah dengan begitu yang pemberi luka tahu dengan segala jatuh bangun yang dilalui? Tentu tidak, orang seperti itu akan menutup mata dan telinga seakan semuanya terjadi bukan karena salahnya.
Komentar
Posting Komentar