Entah mengapa diri ini selalu berada di titik yang sama. Entah mengapa diri ini selalu menyerah di setiap kesempatan. Dan entah mengapa diri ini selalu meragukan yang namanya keajaiban. Mengira semua akan terasa baik-baik saja jika mengikuti semua peraturan yang ada, dan selalu berada di jalan yang benar jika menuruti kata para tetua. Nyatanya diri ini semakin terikat dan tersiksa dengan semua omongan yang tertuju. Ingin lepas dari rasa sungkan sangatlah susah karena diri ini sudah terlampau lelah. Maafkan diri ini yang selalu muram di setiap kesempatan yang menyenangkan.
Apa sebuah maaf cukup untuk melepas semua ikatan? Rasanya tidak cukup, karena isi kepala dan hati selalu bertolak belakang dan akan selalu kembali pada perasaan tentangnya lagi. Memikirkan semua masukan dari beberapa teman yang sudah untuk berapa kali mengatai diriku ini bodoh yang sudah tak tertolong. Mungkin sudah gumoh dengan kalimat "Ujung-ujungnya ya balik ke dia lagi perasaannya". Seperti diri ini tidak punya kontrol atas perasaan yang sangat menggelitik itu. Ada satu waktu aku melupakan hadirnya ia di hidupku, namun sebaliknya ada satu hal yang membuat diri ini terpicu untuk mengingatnya bahkan hanya mendengar namanya yang sama dengan orang yang lain.
Terkesan tidak tahu malu, tapi jauh di lubuk hati paling ada namanya masih ada disana. Seseorang seperti aku dan juga orang lain yang mungkin memiliki kehendak untuk merubah itu tidak akan mudah untuk meraih ataupun membukanya. Karena kesan pertama akan membekas selamanya bukan?. Disana akan tersimpan rapi semua momen maupun memori yang membuat diri ini kembali mengingat senyum bahagia yang pernah ada di hidup. Berharap suatu saat nanti pintu itu akan memudar dengan sendirinya, karena aku sudah terlalu lelah berkeliaran di sekitar pintu itu untuk waktu yang lama.
Manusia punya masanya masing-masing dalam hidup seseorang, dan untuk orang yang ada disana justru mendiami rumah yang paling nyaman untuk membuat sang pemilik hati gelagapan dengan perasaannya sendiri. Kenapa bisa, rasa suka, sayang, bisa setulus ini untuk orang yang sangat tidak pantas untuk mendapatkannya. Kenapa aku memberi perasaan yang begitu berharga kepadanya, padahal orang itu sekedar peduli saja tidak. Miris memang tapi kenyataan sering begitu, aku bisa diambil contohnya. Menulis ini di tengah malam dengan pikiran yang berpencar ke segala arah membuat sakit kepala. Tidak bisa mengistirahatkan mata, karena ia tak mau dibuat untuk mengalah. Mungkin waktunya untuk merenungi lagi apa yang sudah terjadi, walaupun lingkaran seperti ini tidak akan putus dan akan selalu berputar.

Komentar
Posting Komentar