Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Sebuah Hadiah

        Sang pencipta memberikan hadiah yang tak bisa aku terima dari orang lain. Satu hal yang membuatku tersadar, semua kejadian dan peristiwa yang bersangkutan dengan dirimu membawa kegelisahan dan ketakutan. Takut itu hanya aku yang terlaku geer, dan gelisah kalau hanya aku yang saja yang berasumsi seperti itu. Padahal, ada banyak manusia di tempat itu. Aku percaya pada kalimat "Di dunia ini tidak ada kebetulan, rumput bergoyang saja itu sudah takdir sang pencipta" kemudian aku bertanya-tanya, apakah berpapasan, berdiri dekat denganmu termasuk takdir sang pencipta? Oleh karena itu aku menyebut itu sebuah hadiah yang tidak pernah kulupakan. Sebuah kejutan manis yang menenangkan hati.      Aku terlalu pesimis, seperti orang pada umumnya apabila memendam rasa. Terlalu takut akan sebuah kemungkinan yang tidak pernah kukira, yang juga akan menimbulkan luka baru. Padahal itu belum permulaan, mungkin itu pintu untukku menuju sesuatu yang kadang...

Memilih Berhenti

      Butuh waktu lama untuk seseorang menyadari bahwa waktu terbuang sia-sia untuk mengejar suatu hal yang tidak akan pernah berpaling. Meskipun beberapa kali mencoba untuk membuatnya berpaling. Tidak apa-apa, tidak semuanya bisa terjadi sesuai ingin dan tidak semua bisa berpaling ke belakang, karena seseorang mau tidak mau harus menghadap depan. Takut kalau menghadap belakang akan merusak semua yang sudah direncanakan, dan kembali lagi pada lubang penyesalan dan kekhawatiran, juga tentang apa-apa yang sudah terjadi. Tetapi jika ingin menyamai harus ada hal yang membuat diri melangkah maju, namun jika dirasa ada hal yang membuat ragu akan semuanya, lebih baik berhenti. Entah itu harus mulai dari awal, atau tidak sama sekali. Ya, benar-benar berhenti dengan apa yang diekspektasi dan diharapkan. Tak ada yang tahu yang mana yang lebih baik, karena hanya diri sendiri yang bisa mengukur.          Waktu bukan hal yang bisa diatur semaunya, ia ...

Berlabuh

      Datang dengan wajah tak berdosa, pergi dengan raga tak bersalah. Itu kelakuanmu dan keburukanmu. Yang kulakukan sama seperti dulu, diam menikmati hati yang sudah pelik. Memikirkan waktu yang kusia-sia hanya untuk menggerutu semua kejadian itu. Mengorek kembali luka yang sudah diobati sebegitu lamanya.     Apa yang membuatmu sampai hati untuk menjadikan diriku sebagai tempat untukmu berlabuh. Sejak awal hubungan ini takkan berakhir dengan aku dan dirimu sebagai pasangan. Terlalu dini untuk mencapai itu semua. Terakhir kali aku bilang pada diri sendiri akan pelan-pelan berusaha untuk melupakan.     Nyatanya semua yang kuekspektasi hanyalah sebuah rencana yang aku rancang sendiri supaya nanti aku tak terlalu sakit hati. Berusaha melupakan bukankah akan terus memikirkan namamu?. Jalan yang kuambil untuk melupakan adalah sebuah kesalahan.      Mengapa dari sekian banyak cerita dan ekspektasi, aku hanya berhenti pada s...

Belum Melangkah

   Waktu sudah berjalan begitu lama, tetapi rasanya aku terjebak di satu waktu dimana pernah ada "kita" yang juga pernah bahagia. Terbawa dalam perasaan yang enggan untuk direlakan, kalau dirimu tau ada suatu hal yang tak bisa kumengerti. Perbincangan kita berhenti di satu topik, tentang dirimu yang ingin kembali dan aku yang takut tersakiti (lagi). Semenjak dirimu dan aku masih berkomunikasi, kutemukan kalimat yang sama berulang kali. Namun, itu semua tiada arti ketika aku masih ragu dan bimbang akan kepemilikan hati.   Lambat laun, kau sudah menemukan sang tambatan hati. Dan aku masih tetap berdiri di tempat, tak melangkah sedikitpun. Takut sesuatu yang lain datang menghampiri. Kepercayaan yang aku punya pada dirimu sudah menjadi abu. Empat tahun  yang lama untuk bisa membuat perasaan ini menjadi kosong. tidak senang, tidak bahagia. mungkin bisa dikatakan mati rasa?. Tapi, apa kau tahu setiap hari yang aku lalui dengan senyum di bibir?. Tidak bermakna, ...