Langsung ke konten utama

Memilih Berhenti


      Butuh waktu lama untuk seseorang menyadari bahwa waktu terbuang sia-sia untuk mengejar suatu hal yang tidak akan pernah berpaling. Meskipun beberapa kali mencoba untuk membuatnya berpaling. Tidak apa-apa, tidak semuanya bisa terjadi sesuai ingin dan tidak semua bisa berpaling ke belakang, karena seseorang mau tidak mau harus menghadap depan. Takut kalau menghadap belakang akan merusak semua yang sudah direncanakan, dan kembali lagi pada lubang penyesalan dan kekhawatiran, juga tentang apa-apa yang sudah terjadi. Tetapi jika ingin menyamai harus ada hal yang membuat diri melangkah maju, namun jika dirasa ada hal yang membuat ragu akan semuanya, lebih baik berhenti. Entah itu harus mulai dari awal, atau tidak sama sekali. Ya, benar-benar berhenti dengan apa yang diekspektasi dan diharapkan. Tak ada yang tahu yang mana yang lebih baik, karena hanya diri sendiri yang bisa mengukur. 

        Waktu bukan hal yang bisa diatur semaunya, ia terus berjalan tanpa melihat dan tahu kapan akan berhenti atau berputar kembali ke awal. Semua yang terjadi tidak bisa diabaikan, karena diri juga ikut di dalamnya. Bagaimana? kapan? dan siapa? kata itu terucap dalam hati ketika seseorang ingin berhenti dari semua perasaan dan penyesalan. Bagaimana cara ia bisa benar-benar menjadi dirinya kapan semua hal itu akan terjadi padanya, dan siapa yang akan membuatnya berhenti. Tetapi ada satu jawaban untuk itu semua, yaitu diri sendiri. Hanya diri sendiri yang tahu bagaimana caranya untuk memilih berhenti, hanya diri sendiri yang tahu kapan dirinya siap akan semua konsekuensi, dan hanya diri sendiri yang bisa melakukannya. 

        Ini bukan hal sepele, juga bukan hal yang besar. Namun, penting mengingat hidup terus berjalan dan ada orang disekitar yang harus diberi bahagia karena sudah membesarkan dan menyangi. Semoga kelak apa yang terjadi dan apa yang disesali tak membuat diri menyesal untuk kedua kali, karena lubang penyesalan masih ada di tempat. Tak usah kembali kesana, kepalkan tanganmu erat-erat ucapkan mantra pada diri sendiri bahwa semua akan ada masanya berada di bawah. 



        

        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Patah

Kini semesta benar-benar ingin membuatku berhenti untuk tak lagi menuliskanmu pada lembar baru, meskipun dengan tinta pudar sekalipun. Sedikit sulit bagiku, karena sudah lama namamu mendiami hati yang sulit dijangkau oleh siapapun. Bahkan diriku sendiri. Sudah banyak cara kucoba untuk sedikit menghilangkan namamu disana, tetapi tak ada yang berubah. Seakan namamu memang sudah sepatutnya disana dan tidak akan pergi kemanapun. Beberapa orang mengataiku bodoh bahkan terlampau gila karena mencintai orang sepertimu yang sudah membuat luka sebegitu dalamnya.  Mereka memintaku untuk melupakan sekaligus menghilangkan bayang dirimu dari segala memori dan kenangan yang ada di otak, tapi mereka tidak memberitahu bagaimana usaha untuk melakukan itu semua. Mereka hanya menyuruh namun tidak memberi cara padaku. Lantas, aku harus apa? menunggu? bukankah itu sudah kulakukan selama enam tahun itu. Ah, enam tahun, rasanya baru kemarin tetapi waktu sudah berjalan cepat seakan tidak memberi sekat bagi...

Pudar

       Sudah tahun ke-7, ternyata perasaan ini masih sama. Masih sama seperti beberapa tahun lalu, meskipun ada sedikit perbedaan. Perbedaan yang sama sekali tidak membuat perasaan ini hilang atau sirna begitu saja. Ketika semuanya tidak pernah jelas sedari awal sehingga perasaan ini tumbuh secara tidak aku sadari. Perasaan yang sebenarnya tidak meminta sebuah pertanggungjawaban, namun hanya meminta untuk diakui pun dihargai. Sedikit gila ketika perasaan ini memintanya untuk kembali namun otak menolak keras karena orang yang harusnya menerima perasaan ini tidaklah sepadan. Sepadan dengan ketulusan yang aku punya. Sedih memang, tetapi memang ini jalannya. Jalan yang tidak pernah bagus untuk dilewati namun aku memilih untuk tetap berjalan di atasnya, sebab hanya itu yang bisa aku lakukan selama bertahun-tahun.       Sudah banyak hal yang aku lakukan untuk sekedar memudarkan perasaan ini ataupun sedikit mengunci rapat agar tidak meraung-raung dari da...

Seandainya

Ketika malam menyambut dan aku kembali merenung, disitulah jiwa kembali ke tempat yang seharusnya tidak pernah aku genggam selama ini. Perasaan bagaimana aku melewati itu semua masih sangat terasa bahkan ingin rasanya memutar kembali waktu. Bukan untuk mengubah segalanya, melainkan melihat dari kejauhan bagaimana melihat diriku sendiri kala itu. Tapi, aku tahu kalau memutar balik waktu hanya bisa dalam imajinasi saja, tidak ada aksi yang bisa merealisasikan itu semua. Kalaupun ada, manusia tidak akan pernah bisa maju bukan?. Ketika dunia memiliki kapsul waktu untuk tujuan apapun itu, aku rasa Tuhan tidak akan membiarkannya. Karena, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi makhluknya dan juga tahu bagaimana kita sebagai manusia harus menjalani apa yang ada di depan mata. Menjadikan yang lalu sebagai pelajaran, dan menjadikan masa depan sebagai arang untuk memacu semangat di hari sekarang.  Tetapi, kalau boleh aku berdoa, ingin rasanya melihat diri ini beberapa tahun yang lalu. Agar aku bisa...