Entah mengapa diri ini selalu berada di titik yang sama. Entah mengapa diri ini selalu menyerah di setiap kesempatan. Dan entah mengapa diri ini selalu meragukan yang namanya keajaiban. Mengira semua akan terasa baik-baik saja jika mengikuti semua peraturan yang ada, dan selalu berada di jalan yang benar jika menuruti kata para tetua. Nyatanya diri ini semakin terikat dan tersiksa dengan semua omongan yang tertuju. Ingin lepas dari rasa sungkan sangatlah susah karena diri ini sudah terlampau lelah. Maafkan diri ini yang selalu muram di setiap kesempatan yang menyenangkan. Apa sebuah maaf cukup untuk melepas semua ikatan? Rasanya tidak cukup, karena isi kepala dan hati selalu bertolak belakang dan akan selalu kembali pada perasaan tentangnya lagi. Memikirkan semua masukan dari beberapa teman yang sudah untuk berapa kali mengatai diriku ini bodoh yang sudah tak tertolong. Mung...
Ketika malam menyambut dan aku kembali merenung, disitulah jiwa kembali ke tempat yang seharusnya tidak pernah aku genggam selama ini. Perasaan bagaimana aku melewati itu semua masih sangat terasa bahkan ingin rasanya memutar kembali waktu. Bukan untuk mengubah segalanya, melainkan melihat dari kejauhan bagaimana melihat diriku sendiri kala itu. Tapi, aku tahu kalau memutar balik waktu hanya bisa dalam imajinasi saja, tidak ada aksi yang bisa merealisasikan itu semua. Kalaupun ada, manusia tidak akan pernah bisa maju bukan?. Ketika dunia memiliki kapsul waktu untuk tujuan apapun itu, aku rasa Tuhan tidak akan membiarkannya. Karena, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi makhluknya dan juga tahu bagaimana kita sebagai manusia harus menjalani apa yang ada di depan mata. Menjadikan yang lalu sebagai pelajaran, dan menjadikan masa depan sebagai arang untuk memacu semangat di hari sekarang. Tetapi, kalau boleh aku berdoa, ingin rasanya melihat diri ini beberapa tahun yang lalu. Agar aku bisa...