Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Patah

Kini semesta benar-benar ingin membuatku berhenti untuk tak lagi menuliskanmu pada lembar baru, meskipun dengan tinta pudar sekalipun. Sedikit sulit bagiku, karena sudah lama namamu mendiami hati yang sulit dijangkau oleh siapapun. Bahkan diriku sendiri. Sudah banyak cara kucoba untuk sedikit menghilangkan namamu disana, tetapi tak ada yang berubah. Seakan namamu memang sudah sepatutnya disana dan tidak akan pergi kemanapun. Beberapa orang mengataiku bodoh bahkan terlampau gila karena mencintai orang sepertimu yang sudah membuat luka sebegitu dalamnya.  Mereka memintaku untuk melupakan sekaligus menghilangkan bayang dirimu dari segala memori dan kenangan yang ada di otak, tapi mereka tidak memberitahu bagaimana usaha untuk melakukan itu semua. Mereka hanya menyuruh namun tidak memberi cara padaku. Lantas, aku harus apa? menunggu? bukankah itu sudah kulakukan selama enam tahun itu. Ah, enam tahun, rasanya baru kemarin tetapi waktu sudah berjalan cepat seakan tidak memberi sekat bagi...

Tersapu Hujan

                   Diterjang dengan banyaknya problem yang ada, ternyata membuat nyali diri ini semakin ciut. Mungkin suatu saat nanti, nyali sudah terlalu lelah menghadapi semuanya. Tetapi, di dunia ini yang juga bukan milik sendiri harus berusaha mati-matian untuk tidak menjadi gila. Seseorang akan ada di jalannya masing-masing, tetapi mengapa jalan orang lebih mudah untuk dilalui? Apa diri ini kurang bersyukur? Apa diri ini kurang untuk merapalkan doa? dan Apakah diri ini sudah cukup lelah menapaki jalan panjang yang masih jauh sekali tujuan pastinya?. Mungkin diri ini terlalu melihat orang lain yang hidupnya terlalu ringan untuk dilihat. Klise memang, tetapi terkadang saya ingin menjadi seperti orang lain yang jalannya bagus untuk dilalui.               Apakah dengan menjadi orang lain menandakan diri ini memang menyerah? Apa dengan kehilangan diri sendiri membut diri ini masih menjad...

Lelah

              Diri ini hanya butuh untuk didengarkan, diri ini tidak butuh sebauh sumpah serapah yang keluar dari mulut orang lain. Diri ini juga tidak bisa menerima sebuah kalimat penghakiman, karena masalah dari dalam diri ini terlalu sepele bagimu. Mudah bagimu untuk berkata seperti itu, tapi sulit bagi diri ini untuk tidak menelannya mentah-mentah dan menghinggapi ruang paling dalam di hatinya. Mengusik kembali api yang ada di hidupnya. Bukannya lebih mudah untuk memberi diri ini waktu, dan dirimu hanya cukup menutup mulut.               Kalau suatu hari nanti diri ini yang sesungguhnya benar-benar menghilang, dirimu yang patut disalahkan. Karena dengan dirimu membuka mulut, semua api dalam diri ini semakin besar hingga jiwa pun tak mampu memadamkannya lagi. Diri ini bisa saja untuk berterus terang, tetapi terlalu melelahkan untuk melakukan itu semua dan melelahkan juga menerima kalimat itu bulat-bu...

Selalu Ada

                Sepertinya kalimat "selalu ada" adalah dua kata yang kadang susah untuk direalisasikan. Selalu ada yang katanya akan meringankan beban, selalu ada yang katanya akan selalu ada teman yang menemani. Padahal, hal itu seperti dongeng zaman dahulu. Seseorang mampu mengucapkannya namun terkadang tak pernah berniat untuk menepatinya, karena kalimat tersebut respon paling lumrah yang ada di sekitar. Sepertinya makna "selalu ada" berubah dari waktu ke waktu. Entah itu selalu ada untuk menghakimi, ataupun selalu ada untuk menyakiti. Tetapi, setiap orang memaknainya berbeda, Namun kebanyakan kalimat itu hanya sebagai obat penenag tidak langsung yang diucapkan seseorang kepada orang lain ketika sedang mendapati masalah.                  Orang lain itu pernah berharap dengan kalimat "selalu ada" hingga akhirnya merasa terkhianati karena terlalu merasa percaya dengan kekuatan kalimat it...

I am not fine

              Kehidupan yang fana ini membuat jiwa sering kali selalu beradu satu sama lain tanpa mengenal waktu. Jiwa yang rapuh karena keadaan dan juga pikiran, pun dengan raga yang selalu menyalahkan. Kini jiwa hanya bisa mengeluarkan kegilaannya lewat raga. Raga hanya bisa menerima semua itu tanpa paksaan, karena ia juga paham kalau ia dan jiwa sama-sama lelah dengan semuanya. Entah lelah dengan diri sendiri, teman, pun keluarga. Setiap api yang membakar jiwa muncul sebuah perilaku raga yang tidak seharusnya dilakukan. Jiwa mengasihani raga, raga pun mengasihaninya. Mereka hanya punya satu sama lain dan menyalahkan satu sama lain. Ketika kesatuan itu sudah menggila, waktu tetap berjalan mengawasi keduanya dengan berdiam diri. Tidak tahu kapan ada uluran tangan yang akan membantu, dan kapan raga akan berhenti berperilaku tidak normal.              Jiwa butuh waktu katanya, raga pun menuruti. Raga ingin be...

Raga Berbicara

Kita lupa bahwa kita hanya manusia biasa yang punya lelah, yang punya istirahat yang harus dipergunakan. Tapi, ketika sudah tak menghiraukan itu semua, kita menjadi tak berdaya. terbaring lemas, di kamar sendiri, tanpa tahu jika dirimu sedang sakit. Kita tahu, masih banyak yang dikejar. Tetapi, bukankah itu juga harus dilakukan untuk raga sendiri?. Semua akan ada pada waktunya, nikmati dan jangan terlalu buru-buru. Sesuatu yang dikerjakan dengan buru-buru tidak akan berbuah maksimal. Pernahkah dirimu melihat jembatan bisa dibangun dalam satu hari?. Tidak pernah kan. Oleh karenanya dirimu harus lebih awas terhadap raga yang sedang didiami jiwa yang sudah ringkih itu. Tuhan menitipkannya padamu agar lebih bisa menjaganya dengan baik, karena seperti yang kita tahu kalau semuanya akan kembali pada sang pencipta. Tidak apa jika langkahmu tidak seirama dengan orang lain, tidak apa untuk berjalan lebih pelan. Sebab yang dikejar setiap manusia di bumi ini tidak pernah sama, pun ditempuh dengan...

Malam Berpeluk Rindu

     Seorang perempuan sedang dalam fase terberat dalam hidupnya. Hidup belasan tahun hingga menginjak puluhan tahun membuatnya sadar akan beberapa hal. Pertama, gadis itu bisa berteman dengan dirinya sendiri pun bisa menjadi musuh yang selama ini selalu mendiami bagian paling gelap dalam hidupnya. Ketika musuh itu datang di hidupnya, ia tidak tahu harus bagaimana. Apa ia harus mengikuti apa kata musuh itu, atau menolak sebisanya. Namun, kegelapan itu ternyata semakin bertambah kian hari dan dirinya tidak bisa lagi menolak. Sehingga musuh pun menguasai jiwanya, entah membuat gadis itu membenci diri sendiri dan bahkan lebih parah.        Entah kapan teman perempuan itu akan muncul, dan entah sampai kapan musuh itu akan terus bersamanya. Ia hanya punya satu amunisi di dunia ini. Meminta sebuah pertolongan kepada semesta yang mengatur alur kehidupan. Berdoa agar musuhnya ini kembali ke tempatnya dan tidak perlu datang lagi di hidupnya. Ia tidak bisa...

Sepasang yang tak pernah terpasang

      Kerumunan manusia yang menyelamatkan diri dari yang namanya sepi, seperti diri ini yang selalu ingin menyendiri ketika manusia sudah menjadi asing lagi. Bukan seperti yang ia kenal biasanya, yang selalu memberi semangat dan membuat tawa. Menjadi bukan lagi pekerjaan yang baru lagi, karena ada masanya semua akan menjalani kehidupan masing-masing dimana orang sekitar sudah lupa yang namanya terkoneksi satu sama lain. Jarang orang akan selalu ada di sisi, karena setiap orang punya waktu masing-masing di hidup orang lain. Entah itu sebagai teman, sahabat, maupun hanya sekedar memberi pesan yang begitu berarti.      Tentu semua ini akan berakhir dan akan diganti dengan yang lebih baik, tergantung dari apa yang diri lakukan. Kehadiran seseorang yang menjadi sumber luka nyatanya juga memberi pesan bermakna, entah itu untuk membuat diri ini lebih kuat dan menyadari bahwa di luar sana ada yang lebih buruk dan lebih baik. Diri ini hanya perlu untuk percaya p...